• Breaking News

    Selasa, 29 Agustus 2017

    Ribuan Muslim Rohingya Masih Terjebak di Perbatasan Myanmar-Bangladesh


    SITUS ONLINE TERPERCAYA, -  “Stateless person” atau “orang tanpa kewarganegaraan” adalah status yang sampai saat ini masih tersemat pada sebagian besar warga Rohingya di Myanmar maupun Bangladesh. Keadaan ini pula yang membuat mereka dijuluki sebagai etnis yang paling teraniaya di dunia. 

    Beruntung jika mereka telah menyandang status sebagai pengungsi. Namun, bagaimana dengan nasib mereka, Muslim Rohingya, yang masih terjebak dalam pusaran pertahanan hidup?

    Satu pusaran, wilayah tak bertuan yang menjadi zona mereka untuk bertahan hidup. Di wilayah perbatasan Myanmar-Bangladesh inilah, ribuan warga Rohingya menunggu dalam ketakutan. Mereka teraniaya, tak berkewarganegaraan, dan belum beruntung untuk menjadi pengungsi.


    Senin (28/8), sekitar 1000 Muslim Rohingya baru memadati area-area perbatasan Myanmar dan Bangladesh. Mereka dengan cepat mengangkat kaki dari kampung halaman mereka di Rakhine, Myanmar. Tak ada ketenangan hari itu, yang ada hanya desing peluru militer Myanmar bercampur tangisan kekalutan para pencari suaka tersebut.

    Dua hari lamanya mereka terjebak di tanah tak bertuan tersebut. Sementara ribuan warga Rohingya lainnya berhasil menembus pos-pos keamanan dan masuk ke Bangladesh, mereka meringkuk di balik semak belukar dan pepohonan. Penjaga pos keamanan di Bangladesh, yang telah menyediakan mereka makan, minum, dan obat-obatan, terpaksa harus mendeportasi mereka kembali ke Myanmar.

    Perwakilan pemerintahan setempat, Jahangir Aziz, mengungkapkan, usaha pengusiran tersebut tidak selamanya berhasil. Ketika tentara Myanmar kembali menembakkan peluru, kerumunan Rohingya begitu ketakutan dan langsung menerobos barikade penjaga Bangladesh yang terdiri dari 300-400 orang.


    “Setelah mereka berhasil merebos barikade, mereka lari berpencar. Beberapa di antara mereka berhasil menuju kamp pengungsian tidak resmi yang menampung pengungsi yang belum terdaftar,” imbuh Jahangir seperti yang dilansir dari kantor berita AP.

    Menurut tokoh masyarakat Rohingya dan intelijen setempat, sebanyak 8000-9000 warga Rohingya baru tiba di Bangladesh. Angka tersebut merupakan gabungan dari seluruh Rohingya yang melarikan diri sejak konflik yang merebak pada Jumat dini hari lalu.

    ementara itu, mereka yang masih terjebak di perbatasan terus memohon agar bisa berlindung di Bangladesh.
    “Jika kami kembali ke sana (Rakhine), tentara-tentara itu akan membunuh kami. Jadi mendingan kalian bunuh kami di sini atau bernegosiasi dengan mereka (tentara Myanmar). Sehingga, kami bisa kembali ke sana dengan aman,” isak Noor Begum ketika polisi penjaga pos keamanan menyuruh mereka kembali ke kampung halaman, seperti yang dilansir BBC.

    Senin (29/8), setidaknya 171 warga Rohingya dideportasi dari pintu perbatasan Bangladesh-Myanmar. Entah bagaimana selanjutnya mereka berusaha menyelamatkan diri, mengingat kondisi di kampung halaman tak bisa menjanjikan keamanan lagi.

    Tidak memiliki hak kewarganegaraan, tidak pula berstatus sebagai pengungsi. Itulah yang kini dihadapi ribuan Muslim Rohingya yang masih terjebak di “tanah tak bertuan”. Lepas dari aniaya, namun terkatung-katung dalam usaha memperjuangkan hidup. Indonesia, sejauh mana kita peduli? 




    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

    Postingan Populer